Obat-obatan
Di era modern ini, bahan organik adalah hal terbaik yang bisa dikonsumsi manusia. Hal tersebut mulai dari produk kecantikan hingga obat-obatan. Namun hal yang kita lakukan di saat ini, telah dilakukan Mesir kuno di zamannya. Hal ini disampaikan filsuf Yunani kuno, Homer, bahwa Mesir adalah tanah yang paling kaya dengan obat.
Di era Mesir kuno, obat-obatan adalah hal yang sangat maju. Homer juga pernah menyebut bahwa kemajuan Mesir dalam hal obat-obatan jauh di atas daerah lain. Hal ini dikarenakan penggunaan warga Mesir kuno akan minyak, kurma, bawang bombay, bawang putih, biji rami, dil, kemenyan, serta opium. Masih banyak jenis mineral lain yang dipakai seperti garam timbal, antimon, dan tembaga untuk obat.
Berbagai olahan hewani juga digunakan untuk obat, seperti daging, darah dan otak binatang. Kesemua bahan ini rata-rata harus mengalami pengolahan melalui penggunaan susu, wine, atau bir.
Misalnya, infeksi bisa diobati dengan roti berjamur. Penyakit paru-paru diobati dengan krim madu dicampur dengan jinten, susu dan juga belalang. Selain itu, salah satu metodenya adalah membuat penghirupan, berupa uap mendidih dari cairan kurma, resin, kemenyan, biji jarak dan bir. Uap ini sangat ampuh untuk pencahar.
Kontrasepsi
Orang Mesir kuno ternyata adalah ahli dalam berbagai jenis kontrasepsi. Tentu ini cukup mengejutkan bahwa di zaman itu mereka bahkan telah menggunakan kontrasepsi.
Mereka sendiri sudah menggunakan kondom di tahun 1350 SM. Kondomnya berupa bahan linen yang direndam dalam minyak zaitun. Kondom lain terbuat dari membran usus hewan, misalnya domba.
Bahkan, penggunaan kondom tak cuma soal kontrasepsi, di zaman Mesir kuno, hal ini juga sudah digunakan untuk pencegahan penyakit menular seksual.
Pil KB pun sudah ada di zaman tersebut, berupa butiran pomegranate yang digerus hingga halus dan dimasukkan sebuah kerucut yang terbuat dari lilin. Selain itu, madu, kurma, dan beberapa bagian dari tubuh buaya atau gajah, juga merupakan ramuan ampuh yang serupa dengan spermisida saat ini.
Kebersihan
Kebersihan adalah hal yang sangat penting bagi warga Mesir Kuno. Oleh karena itu, tak heran jika higienitas jadi hal yang sangat maju di era tersebut. Bahkan, kebersihan dan kecantikan tak peduli gender.
Orang Mesir kuno secara general menggunakan kosmetik. Mulai dari minyak yang dihasilkan dari buah atau kacang-kacangan. Minyak ini digunakan untuk melindungi kulit dan rambut dari udara panas padang pasir.
Untuk sabun, mereka menggunakan natron, sebuah ramuan semacam pasta yang mengandung tanah liat dan abu. Terkadang, mereka biasa mencampurkan minyak nabati dengan minyak hewani dengan garam alkali.
Mereka juga sudah sangat memahami kalau rambut adalah tempat yang disukai kutu. Oleh karena itu, orang Mesir kuno akan lebih suka memberi minyak ke kepalanya, atau bahkan menggunduli rambutnya.
Makeup
Seperti yang telah disebut di laman sebelumnya, warga Mesir kuno menggunakan kosmetik. Tentu, makeup adalah salah satu di antaranya. Pria maupun wanita, semua melakukan dandan dengan riasan yang rumit. Mesir kuno sendiri dianggap sebagai tempat lahir dari makeup, sekitar ribuan tahun sebelum masehi.
Riasan mata yang cukup jadi gambaran soal Mesir kuno di era sekarang, memang benar adanya. Riasan ini umumnya berwarna hijau yang terbuat dari tembaga, dan warna hitam yang terbuat dari timbal.
Orang Mesir sendiri percaya bahwa riasan memiliki kekuatan penyembuhan. Antimon, atau Khol yang merupakan pinsil hitam yang serupa eyeliner di era sekarang, ketika itu punya kekuatan untuk melindungi mata dari pasir. Tentu saja riasannya cukup ekstrem.
Matematika
Tak cuma soal kesehatan, Mesir kuno juga lihai soal eksakta. Tentu aspek ini tak untuk setiap orang di saat ini, karena banyak juga yang lebih minat di ladang sosial. Meski demikian, orang Mesir kuno hampir semuanya tertarik ke matematika.
Buktinya ada di kuil Abu Simbel. Di tempat ini, dua kali setahun di tiap tahunnya, wajah Firaun Ramses II dan dewa-dewa Amun serta Ra, disinari oleh sinar Matahari. Uniknya adalah, dua momen wajah Firaun disinari ini mampu ditepatkan di hari kelahirannya dan hari ia dinobatkan sebagai Firaun, yakni 22 Oktober dan 22 Februari. Tentu hal ini dilakukan dengan perhitungan yang luar biasa.
Sistem kalender
Mesir kuno adalah salah satu peradaban yang sistem kalendernya diakui baik oleh para ilmuwan. Bahkan kalender Mesir kuno disebut-sebut 'cerdas.'
Meski belum melakukan peneropongan secara astronomi dan hanya berbasis rasi bintang, mereka telah mengukur waktu seperti yang kita lakukan hari ini: berupa tahun, bulan, hari, serta jam. Meski demikian, kalender ini bukan perhitungan matahari, namun tahun pemerintahan sesuai penobatan firaun.
Kalender tersebut cukup mirip dengan kalender masehi saat ini, di mana terbagi dalam 12 bulan yang terdiri dari 30 hari. Tak ada konsep minggu, namun ada konsep dekade yang terbagi jadi 10 hari. Bulan-bulan dikelompokkan dalam tiga musim: akhet atau hujan yang terjadi Juli hingga November, akhet atau musim dingin yang terjadi November hingga Maret, serta chemou atau panen yang terjadi Maret sampai Juli.
AC (pendingin ruangan) alami
Tentu di Mesir kuno tak ada AC atau pendingin ruangan. Namun diklaim, orang Mesir kunolah yang pertama menggunakan kain basah yang diletakkan di tirai dan pintu, sehingga angin yang meniup uap basah akan terasa segar. Hal ini sepertinya diraih peradaban Mesir kuno karena sangat putus asanya mereka akan suhu kering di sana.
Belum selesai, terdapat sebuah keanehan yang terjadi di Piramida besar Giza, yang selalu memiliki suhu konstan 20 derajat Celcius di dalamnya. Tentu terdapat sebuah mekanisme pendingin yang diaplikasikan ketika membangun. Terlebih lagi, suhu di luar di kondisi sangat panas bisa lebih dari 30 derajat.
Sains belum menemukan jawaban akan hal ini. Namun diduga, temperatur di dalam piramida tersebut ada hubungannya dengan kesamaan temperaturnya dengan suhu internal Bumi.
Comments
Post a Comment